December 5, 2008

Kisah Benar

Pertama kali dia dibacakan,

Satu kisah tentang kebenaran,

Tersentak, lalu gemetar hatinya,

Keyakinannya tercabar,

Mahu dilanjutkan bacaan itu atau tidak,

Hingga dia diberitahu

Tiada keraguan dalam kisah benar itu

pertama kali dia disucikan

melepaskan dirinya dari keangkuhan

dari kerakusan kebathilan

sandangnya dibersihkan

yang dari moyangnya, yang pemberian gurunya,

semuanya dibuang,

dipakainya sandang yang memeliharanya

yang dapat menghidupkan jiwa.

pertama kali dia diajarkan,

tentang ilmu ketetapan dan aturan,

menjadi benteng dan dinding kukuh

ditunjuki pula jalan hikmah,

jalan yang ditaburi duri-duri kepedihan

menuntut perjuangan dan pengorbanan

penghujungnya penuh nikmat,

dan pertama kali dia diajarkan,

ditunjuki segala kandungan alam,

yang belum pernah dilihatnya,

belum pernah diketahuinya,

yang tak pernah terjah kotak fikirnya,

satu bukti yang nyata

jelaslah dia, kisah kebenaran bukan dongengan

November 14, 2008

Puisi Diri, Jiwa

Bila nilai diri diperjuangkan,
biar perjuangan yang tiada keraguan,
bila hidup mencari matlamat,
biar matlamat yang menyelamat,
bila tersesat ingin kembali,
biar kembali sepenuh hati.

minda jauh dan menjangkau,
jangkauan bebas berakal,
minda dekat dan tersekat,
sempit lalu tersepit.

ikut kehendak diri, jiwa mati,
terkadang mengada bila tak ada,
terkadang mengada bila tak jumpa,
ikut hendaknya Tuhan, bergetar hati,
tiada cari sampai jumpa,
Dia mencipta, Dia tahu segala.

November 13, 2008

ANGIN...

wind by Dan65.

Untuk siapa angin ini...
bertiup di malam tenang
pohon-pohonan menari mengikut rentaknya
dahan melambai
yang kukuh tetap di tempatnya
yang rapuh menanti patahnya

Untuk siapa angin ini...
bertiup menyingkir udara panas
terkadang siulan kedengaran
terkadang geseran dedaunan
irama alam sebagai nikmat

Di saat ini amat kuat kurasakan
Tuhan itu dekat
Tuhan itu menunjukkan
dalil-dalil dan penjelasan
satu kekuasaan sebagai rahmat
tanda-tanda yang membuahkan fikiran

Angin ini membawa awan berat
lantas bumi dihujani, dibasahi
membawa segala berkah
dari Tuhan yang menciptakan

Lalu, untuk siapa angin ini?
Angin ini untuk manusia
berfikit tentangnya
supaya jelas segala...

October 24, 2008

HATI INI MENDESAK...

Hati ini mendesak ingin berbicara lagi...
ingin menyampaikan apa yang tersirat dalam dada
ingin memberitahu satu dunia tentang itu
tentang ketentuan Tuhan
tentang apa yang Tuhan aturkan
tentang apa yang Tuhan janjikan

Hati ini mendesak ingin berbicara lagi...
namun masa yang tidak mengizinkan
Bukan!
Bukan masa yang tidak mengizinkan
Tuhan-lah yang mengizinkan segalanya berlaku
bukan masa
masa itu pemberian Tuhan
masa itu izinan Tuhan
cuma tidak diizinkan untukku berbicara lagi

Hati ini mendesak ingin berbicara lagi...
tetapi banyak urusan lain yang perlu dilaksanakan
urusan-urusan dalam dan luar
demi izinan Tuhan ini, aku cuba mengisi
aku cuba baiki
aku cuba urusi

Hati ini mendesak ingin berbicara lagi...
cobaan dari Tuhan pasti akan ada
separuh iman ialah sabar
separuh iman ialah taqwa
Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun
pasti berkat hasilnya

Hati ini mendesak ingin berbicara lagi...
mungkin bila diizinkan
akan ku bicara lagi
tentang ketentuan dan janji
tentang segala yang tersirat
tentang segala

Dia yang cipta aku, Dia yang tahu aku...

September 11, 2008

I'm Being Transformed

wish to the wind by pixability.

Aku telah mengalami transformasi

transformasi dari segi jiwa
fikiranku
ilmuku
amalku

Transformasi dari dahulunya
seorang yang tidak punya apa
seorang yang masanya adalah ruang kosong
seorang yang pengisiannya kosong
yang kosong
yang kosong

Transformasi dari dahulunya
ada jiwa namun mati
juga fikiran membatas
berilmu namun kosong
juga amal sekadar-kadar

Yang sekarang ini
segalanya berubah
ruang masaku terisi
jiwaku disuntik kalimah-kalimah thoyib
fikiranku lebih jauh dan menjangkau
ilmuku berasaskan yang kudengar, yang kulihat, yang kurasai
amalku dengan ilmu, mengikut suri tauladan

Transformasi itu hijrah
Transformasi itu pembentukan
Transformasi itu pembinaan

Pohon Dan Baja Pohon I

Setujukah anda bila dikatakan Islam itu tertegak dengan strategi, bukan dengan cakap-cakap kosong sahaja? Cuba kita fikirkan, bagaimana agaknya kita hendak menegakkan agama Allah yang haq itu? Dengan cara apakah sebenarnya?

Cuba pula perhatikan bagaimana Rasul-Rasul Allah beserta orang-orang terdahulu menegakkan agama wahyu itu. Perhatikan di sini maksudnya mungkin dari pembacaan sejarah, pengkajian dan sebagainya. Pelbagai cara, pelbagai strategi yang mereka lakukan. Dan pastinya dalam perjalanan mereka untuk menegakkan Islam itu pasti ada ujian-ujiannya. Tetapi atas dasar keimanan mereka serta mengharapkan keredhaan Allah, mereka menempuh segala ujian tersebut dengan kebenaran dan kesabaran.

Firman Allah, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" [Al 'Ankabuut:2]

Orang-orang yang beriman pasti akan diuji. Itu janji Allah. Dengan ujian, samada dapat ditempuhi atau tidak, itulah kayu pengukur kita untuk menilai iman seseorang. Kata orang, "tepuk dada, tanya iman." Iman tak dapat dinilai selagi belum diuji.

Kembali kita pada persoalan tadi, bagaimanakah cara yang sebenar untuk kita sama-sama tegakkan Islam? Dari surah Ibrahim, ayat 24-25, menceritakan Allah membuat perumpamaan kalimah yang baik seperti pohon yang baik.

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." [Ibrahim:24-25]

Apakah kalimah yang baik itu? Sudah pasti kita akan menjawab kalimah-kalimah Allah, yakni ayat-ayat suci Al Quran. Mari kita kupas sedikit, ayat-ayat Al Quran itu kita tahu ia adalah petunjuk, perintah-perintah atau hukum-hukum Allah. Hukum yang baik (yang dari Allah) umpama pohon yang baik? Terfikirkah kita mengapa begitu?

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran." [Shaad:29].

Mari kita fikirkan. Pohon yang baik adalah pohon yang akarnya teguh, kuat, serta cabang-cabang dan dahan-dahannya menjulang ke langit. Jadi, apa signifikasinya dengan kalimah yang baik itu? Kalimah-kalimat Allah itu terkandung segala hukum dan panduan bagi manusia untuk hidup di muka bumi ini. Maka, hukum-hukum itu, panduan-panduan itulah yang patut kita ambil sebagai satu cara hidup yang diredhai Allah. Itulah yang sepatutnya menjadi prinsip kita.

Allah telah mengumpamakan panduan itu sebagai suatu yang amat kuat, amat kukuh. Jika kita mengambil panduan itu sebagai cara hidup kita, bukankah kita mengambil atau mengamalkan sesuatu yang pada dasarnya amat kukuh? Maka tidak akan sejahterakah hidup kita? Allah memberi panduan itu kerna Dia yang menciptakan kita, malah seluruh alam ini dan isinya. Maka Dia maha mengetahui kelemahan dan kelebihan hasil ciptaanNya ini. Panduan itu supaya makhluknya yang satu ini tidak melakukan sewenang-wenangnya. Tidak melampaui batas. Kerna Dia Maha Mengetahui, "Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup." [Al 'Alaq:6-7].

Bila manusia melihat dirinya serba cukup, sudah senang dengan apa yang Allah anugerahkan padanya, manusia itu takkan berubah, malah takkan mahu berubah. Dia merasakan pekerjaannya cukup hebat, gajinya cukup besar sehingga dia lupa pada Ar Rahman-nya. Dia merasakan kesihatannya cukup sempurna hingga lupa pada Al Muhaimin-nya. Dia merasakan segala ibadah yang telah dilakukannya sudah cukup untuk menjamin kehidupan yang sejahtera mahu di dunia atau di akhirat. Sehingga dia terlupa pada As Salaam-nya. Adakah apa yang telah dilakukannya itu sesuatu yang berlandaskan kalimah Allah yang teguh tadi? Adakah dia telah melaksanakan segala dari apa yang diperintahkan Allah dalam kalimah-kalimah itu?

Supaya kita sentiasa ingat dan sentiasa beringat, Dia membuat perumpamaan itu. Perumpamaan itu kita telah saksikan di atas muka bumi. Allah menjadikan itu bukan sia-sia. Itu adalah untuk kita memikirkannya. Pohon yang baik itu memberikan buahnya, pastinya buah yang baik. Jika kita mengamalkan hukum dan panduan yang baik, pastinya memberikan hasil yang baik. Hasilnya apa lagi kalau bukan kesejahteraan dan keredhaan Allah.

Kita lihat pula ayat yang ke 26-27 surah Ibrahim. Firman Allah,

"Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki."

Jika panduan hidup kita adalah berdasarkan sesuatu yang tidak kukuh, yang bukan datangnya dari Allah (mungkin dari tangan-tangan manusia sendiri), pastinya hidup kita tidak aman. Mudah saja kita dipengaruhi oleh perkara-perkara yang mungkar. Mudah sahaja pentauhidan kita pada Allah dipesongkan, secara nyata atau tidak. Dan mudah sahaja kita terlibat dalam kancah perpecahan ummah. Lihat sahaja apa yang berlaku di sekeliling kita pada hari ini.

Jadi berimankah kita pada kalimah-kalimah Allah itu? Percayakah kita? Yakinkah kita? Jika kita mengaku percaya DAN yakin, mengapa kita mengabaikan hukum Allah, lantas mengambil jalan mudah dan lebih senang dengan hukum ciptaan manusia. Jika begitu Allah pandang kita sebagai makhluq yang zalim. Tidak meletakkan sesuatu kepada tempatnya, kepada fitrahnya. Mahukah kita menjadi orang yang zalim? Mahukah?

September 3, 2008

Sang Dicipta

Aku pelajari,
Mengenali diri,
Dan siapa kita,
Yang sebenarnya di bumi Tuhan...

"Ya, siapa kita di bumi Tuhan?"
"Mengapa kita di bumi Tuhan?"
"Mengapa kita diciptakan?"
"Apa tujuan kita di sini?"

Pernahkah kita bertanya pada diri kita (atau pada sesiapa sahaja) soalan-soalan seumpama di atas?

Kita bangga dijadikan makhluk Allah paling istimewa kerna diberikan akal dan fikiran. Itu yang membezakan kita dengan makhluk-makhluk ciptaan yang lain. Malah kita rasa bersyukur atas kurniaan itu. Tapi sejauh manakah rasa syukur itu?

Mungkin ciptaan-ciptaan yang lain juga bersyukur. Bersyukur dengan cara melaksanakan tanggungjawab mereka, menjalankan fitrah mereka. Burung-burung, pokok-pokok, angin, awan, hujan, malah batu di tepi jalan juga. Air terjun yang terjun dari atas bukit ke bawah, menghempas batu-batu di bawah, lantas mengalir menjadi sungai, membawanya ke muara terus ke laut. Terhasilnya ombak dari angin yang bertiup menolak permukaan air laut. Itulah fitrahnya. Fitrahnya itu menurut aturan yang ditentukan. Bagaimana jika air yang pada awalnya itu bukannya terjun ke bawah, tetapi melompat ke atas? Sudah pasti fitrahnya berubah, sudah pasti namanya juga berubah. Ia tak mungkin dipanggil air terjun lagi. Mungkin air lompat atau paling sedap dipanggil air pancuran?

Ya, Allah itu Al-Khaliq dan kitalah yang bersifat dicipta, lantas namanya makhluk. Dan makhluk-makhlukNya diciptakan dengan aturan masing-masing. Segalanya teratur bila aturan itu dilaksanakan dengan betul. Tidakkah kita perhatikan, makhluk-makhluk Allah yang lain mengikut aturannya? Tidak ada yang berpaling dari aturannya. Matahari masih lagi keluar dari timur pada waktu pagi, dan ayam yang kita ternak keluar mencari makan pada waktu pagi (siang) dan pulang ke reban dikala petang. Kita masih belum pernah melihat pohon-pohon yang beralih dari tempat ia berakar mencari tempat teduh dikala panas dan hujan, bukan? Kerna apa? Kerna itulah ketetapannya.

Bagaimana pula dengan kita yang berakal fikiran ini? Perhatikah kita? Fikirkah kita? Ikut aturankah kita? Persoalannya, aturan mana yang perlu kita ikut? Aturan manakah yang lebih membawa kepada keamanan dan kesejahteraan kepada bumi kita?

Jika manusia mencipta peralatan elektrik dan elektronik (contohnya) berserta sekali dengan manualnya, Allah juga menciptakan manusia dan memberinya manual untuk kita menjalani kehidupan dengan teratur dan sempurna yakni Al Quran. Tetapi, kita lihat, apa yang manusia buat dengan manualnya itu? Susun di atas rak-rak dan tinggalkan begitu sahaja? Sekadar bacaan di hari atau bulan-bulan tertentu? Atau laksanakan sebahagian dan ditinggalkan sebahagian yang lain?

Benar-benar berimankah kita pada Kitab Allah itu?

"Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam." [Yunus:37]

Dan,

"Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata." " [Al Qashash:85]

Cuba perhatikan dan fikirkan apa yang telah berlaku kepada kaum-kaum yang telah Allah berikan petunjuk tetapi mereka ingkar kepada kebenaran petunjuk itu? Allah telah mendatangkan satu kemusnahan serta azab yang pedih kepada kaum-kaum itu lantaran keingkarannya. Bagaimana dengan kita yang mengaku umat Muhammad dan mengaku mengimani Kitab Allah? Perhatikan diri kita sendiri, adakah kita sebagai individu telah melaksanakan (bertaqwa dengan sebenar-benar taqwa) ke atas perintah Allah itu? Sudah pasti kita tidak mahu dilaknati Allah sebagaimana yang telah berlaku pada kaum-kaum terdahulu. Kitalah yang perlu menghisab dan menilai diri kita sendiri, bukan orang lain.

"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu." [Al Israa':14]

Sudahkah kita benar-benar melaksanakan perintah Allah? Atau konteks yang lebih besar, apakah sumbangan kita dalam mewujudkan kesejahteraan bumi Allah ini? Kata orang, usaha + doa + tawakkal = kejayaan. Ya, kita berdoa, hari-hari kita berdoa. Tawakkal kepada Allah juga. Tapi usaha? Apa usaha kita? Pernahkah kita terfikir, bagaimana caranya hendak mensejahterakan bumi kita? Kecilkan skop, tanah air kita? Skop kecil lagi, masyarakat sekeliling kita? Atau lagi kecil, diri kita?

Segalanya bermula dengan diri kita sendiri. Jadi kita perlu ambil sikap dengan apa yang kita perhatikan di sekeliling kita. Kita harus sedar mengapa kita diciptakan. Mengapa Al Quran itu diturunkan kepada kita? Pasti ada signifikasinya. Sudah tentu Allah mahu kita ikut aturanNya. Bukan aturan Amerika, bukan juga aturan British. Dan bukan juga aturan yang dicipta sendiri.

"Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui." [Al Jaatsiyah:18]

Itulah yang Allah minta dari kita. Itulah tanggungjawab kita. Ikut aturanNya. Bukan susah kalau dilaksanakan secara berjemaah. Al Quran itu perlu kita ambil sebagai satu haq dan laksanakannya sebagai satu tanggungjawab. Itu haq kita, kalau ada orang lain halang kita laksanakan Al Quran, kita perlu perbuat sesuatu supaya kita tidak dipengaruhi oleh orang-orang yang mengahalang. Lagi sekali, Al Quran itu haq kita. Tanggungjawab kita. Amanat kita. Kalau kita tak laksanakan, berarti kita tak amanah. Kita zalim, kerna tidak meletakkan Al Quran itu pada tempat yang betul. Kerna kita tidak ambil aturan itu, dan mengambil aturan yang lain selain itu.

Ingatlah kata Allah,

"Barangsiapa berpaling dari pada Al Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat, mereka kekal di dalam keadaan itu. Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat." [Thaahaa:100-101]

Segala dosa-dosa yang kita ketahui selama ini adalah berpunca dari jika tidak memahami dan melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dalam Al Quran. Tidak pernah terfikirkah kita? Segala masalah sosial, bencana alam, persengketaan, ketidakfahaman, perbalahan, samada kecil atau besar adalah kerana kita tak ikut aturan yang telah ditetapkan. Didikan kita dari kecil tidak diterapkan dengan kepentingan amanat itu. Didikan kita adalah berdasarkan didikan ala 'Orang Putih'. Tapi mungkin itu yang kita banggakan sampai kita berjaya ke peringkat PhD (mungkin!) atau yang lebih tinggi.

Bagaimana kita nak didik dan pimpin anak-anak kita sedangkan kita sendiripun, sebagai pemimpin tidak 100% memahami Al Quran? idak terpimpin ke arah yang haq? Apa akan jadi kepada generasi kita akan datang kalau begitu sekarang ini?

Jadi kenalkah siapa diri kita sekarang? Apa tujuan kita di bumi Tuhan. Apa amanat kita? Fikir-fikirkan.

July 18, 2008

PETIKAN: KENYATAAN HIDUP DISEBALIK PERMAINAN INI

Seorang guru wanita sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada anak muridnya. Ia duduk menghadap anak muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada kayu pemadam. Guru itu berkata, "Saya ada satu permainan... Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada kayu pemadam. Jika saya angkat kapur ini, maka sebutlah "Kapur!", jika saya angkat kayu pemadam ini, maka katalah "Pemadam!"

Anak muridnya faham dan seterusnya menyebut dengan betul. Guru bersilih-ganti mengangkat tangan kanan dan kirinya, semakin lama semakin cepat. Beberapa saat kemudian guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka sebutlah "Pemadam!", jika saya angkat kayu pemadam, maka katakanlah "Kapur!". Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka kembali biasa dan tidak kekok lagi. Selang beberapa saat, permainan berhenti.

Guru tersenyum kepada anak muridnya. "Murid-murid, begitulah kita umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membezakannya. Namun kemudian, satelah musuh kita memaksakan kepada kita dengan perbagai cara untuk menukarkan sesuatu, perkara yang haq telah menjadi bathil, dan sebaliknya. Pada mulanya agak sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi kerana terus disosialisasikan dengan pelbagai cara menarik oleh mereka, lambat laun kita akan terbiasa dengan hal itu, seterusnya kita mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kita tidak pernah berhenti membolak-balik dan menukar nilai murni akidah/hukum Islam dari masa ke semasa.

"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, hiburan yang asyik dan panjang sehingga melupakan yang wajib adalah biasa, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain." "Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, anda sedikit demi sedikit menerimanya tanpa rasa ia satu kesalahan dan kemaksiatan. Faham?" tanya guru kepada anak muridnya.

"Baik untuk permainan kedua..." Gurunya meneruskannya. .....

"Cikgu ada Qur'an,cikgu akan letakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri diluar karpet. Permainannya adalah , bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada ditengah tanpa memijak karpet?"

Murid-muridnya berfikir . Ada yang mencuba dengan tongkat, dan selainnya.

Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet .."Murid-murid, begitulah ummat Islam dengan musuhnya... Musuh Islam tidak akan memijak-mijak anda dengan terang-terangan. ..Kerana tentu anda akan
menolaknya dengan mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan monolak kita secara ansur-ansur, sehingga kita tidak sedar.

"Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina tapak yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dgn tapaknya dulu, tentu saja dinding dan peralatan akan dikeluarkan dulu, kerusi dipindahkan dulu, Almari dibuang dulu satu persatu, baru rumah dihancurkan. ..."

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menghentam terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan merusakan kita. Mulai dari perangai kita, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kita muslim, tapi kita telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara mereka... Dan itulah yang mereka inginkan." "Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh musuh kita... "

"Kenapa mereka tidak berani terang-terang memijak-mijak kita, cikgu?" tanya murid- murid.

"Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang Islam, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi."

"Begitulah Islam... Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sedar, akhirnya hancur. Tapi kalau diserang secara terang-terangan, kita akan bangkit serentak, baru mereka gerun".

"Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang..."

July 16, 2008

Ikut Atau Tidak?

Rasulullah pernah berkata,

"Telahku tinggalkan kepada kamu dua perkara pusaka, tidaklah kamu tersesat selagi kamu berpegang kepada kedua-duanya, iaitu Kitab Allah dan Sunnah RasulNya"

Kalau salah satu tak pegang (ikut dan laksana), pasti tersesat. namanya pun "tersesat", kalau bicara tersesat ni kadang-kadang kita tak tahu pun kita ni dah sesat ke belum. sebab kita rasa apa yang kita buat selama ini betul. Kitab Allah yang paling dekat dengan kita adalah Al Quran, jelas. Sunnah RasulNya, yakni Rasul Allah, Muhammad diangkat menjadi Rasul setelah menerima wahyu dari Allah. jadi Sunnah Rasul Allah itu adalah perjalanan perlaksanaan Muhammad berdasarkan wahyu Allah.

Wahyu pertama: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan," (96:1)

Apa yang perlu Muhammad baca ketika itu? Adakah benar Muhammad itu tidak tahu membaca? (berdasarkan apa yang kita diberitahu senasa di sekolah dulu). Benarkah Baginda seorang yang miskin? Padahalnya datuknya adalah pemimpin Mekah masa itu. Pakciknya seorang yang kaya, adakah mungkin Muhammad seorang yang miskin dan tidak tahu membaca? Kitapun tahu masa tu segala Kitab Allah dah turun. Taurat kepada Yahudi, Injil kepada Nasrani, ada lagi suhuf-suhuf Ibrahim kepada kaum Nabi Ibrahim. Akhlak Muhammad dijaga dari kecil, mana mungkin baginda tidak tahu membaca.
Jadi apa yang Allah minta Muhammad baca? mengapa walaupun Muhammad itu seorang hakim, masalah sosial masih lagi berleluasa di zaman Jahiliyah? apa yang mereka jahil? sama macam sekarang. adakah kita mahu menjadi ornag yang jahil kepada Kitab? kepada hukum Allah? kepada apa yang Allah perintahkan? Pastinya kita pun taknak mengaku kita jahil. ntahlah, mungkin ego ke apa... atau kita merasakan diri kita serba cukup?

Bila bicara rasa diri serba cukup, pasti kita takkan pernah merasakan perlu berubah. sebab kita ingat kita dah tahu semua, dah lengkap segala amalan2 kita. amalan2 tu pulak untuk kepentingan sendiri, kesejahteraan sendiri. padahal Allah kata:

"Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." (61:4)

Yang kita nampak kat situ berperang. sebab tu kita tak buat sebab kita tak rasa kita sedang berperang. Al Quran itu applied pada semua keadaan, dulu, kini dan selamanya. Jadi dalam keadaan kita sekarang, perang yang bagaimana? kita rasa kita duduk dalam keadaan aman, tiada peperangan, yang berperang tu Iraq, Iran, dan sebagainya. tapi kita lupa, mempertahankan hukum Islam juga satu perang. kalau nak perang sorang2 atau bukan dalam satu jemaah yang besar, pasti akan kalah. kalau ibadah tu dibuat untuk kepentingan sendiri, "alaa, aku buat, aku masuk syurga sorang2, sape taknak buat, lantak pi la masuk neraka!", mana perlaksanaan yang Allah perintahkan dari ayat di atas?

Jangan ingat apa yang kita buat tu betul selagi tidak benar2 berlandaskan Al Quran dan Sunnah Rasul. Selagi kita tak mengamalkan Al Quran 100%. Jangan pandang orang yang hina itu kurang ilmunya, kurang ibadahnya, salah semua perlaksanaannya. Bilal bin Rabbah seorang hamba, tetapi dengan kefahamannya serta perlaksanaannya melalui Al Quran dan Sunnah Rasul2 sebelum Muhammad, darjatnya diangkat tinggi oleh Allah.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (33:21)

Orang yang sungguh2 laksanakan Al Quran pasti mengharapkan kedatangan hari kiamat. KIAMAT, kiam, bangkit. kebangkitan Islam. kalau betul2 laksanakan, pasti sesorang tu menantikan saat2 kebangkitan Islam tu. sebab tak sabar nak menang, tak sabar nak melihat kezahiran Islam tu sendiri. sebab Allah dah janji:

"Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai." (9:33)

Agama dari Al Quran ini pasti akan dimenangkan ke atas segala agama. tetapi tanpa usaha, takkan Allah nak bagi menang senang2. sebab itu perlu dilaksanakan Al Quran ini sepaya nanti zaman kegemilangan Islam yang telah lama dijatuhkan (zaman Kekhalifahan terakhir, Turki Uthamniyah pada tahun 1924 - yang jatuhkannya orang Islam juag, orang yang dah tahu Al Quran) dapat dibangkitkan semula, dapat dimenangkan semula.

Kita lihat, Christian ada pemimpin mereka sendiri, Yahudi juga ada pemimpin mereka sendiri. Bagaimana dengan Islam? Siapa pemimpin kita sekarang? Mungkin pemimpin agama lain itu mentertawakan kita sebab dah la takde pemimpin, selalu bergaduh pulak tu. berpecah belah. tak kira lah dimana2 pun, Malaysia, Arab Saudi, Iraq, Iran...

Jangan kita jadi seperti apa yang Allah umpamakan dalam Al Quran. Jangan kita menjadi orang yang tahu Al Quran tetapi tidak mahu melaksanakannya. Jangan kita kata bukan kita yang layak mengkaji Al Quran, terjemahkan Al Quran sebab Allah mudahkan Al Quran dalam bahasa kita.(sebab kita pun tahu bukan, segala ilmu tu datangnya dari Allah jua)

"Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Quran itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang." (19:97)

Lagipun Al Quran itu untuk semua umat manusia, tiada yang terkecuali. mengapa kita boleh kata Al Quran itu bukan senang nak faham kalau Allah kata Al Quran itu telah dipermudahkan? Sesungguhnya benarlah kata2 Allah yang Maha Agung.

Sekadar untuk kita fikirkan dan ambil sikap.

Akhir Zaman...

Suatu hari, ada saya terbaca artikel (e-mail dari seorang teman) berkenaan tentang perkira-kiraan (mathematically) te
ntang bila waktu berakhirnya kehidupan di bumi ini. Te
ntang kajian saintis-saintis bahawa planet bumi akan musnah dalam masa beberapa tahun lagi. E-mail itu sudah tentunya satu rantaian peringatan kepada kawan-kawan dan kaum keluarga.

Betul ke perkiraan tu, wallahu 'alam. Tapi apa yang nak saya nukilkan di sini, adalah semata-mata mengajak kita berfikir tentangnya.

Kajian yang telah di buat oleh sarjana-sarjana terdahulu termasuk Nostradamus (walaupun dia ni bukan Islam) menyatakan Islam akan bangkit pada abad ke 21.Bukan mengajak untuk percaya prediction dia, tetapi sekadar untuk berfikir. Petunjuk2 yang Allah beritahu dalam Al Quran kita dah saksikan di atas muka bumi. Hari akhirat yang haq itu pasti akan terjadi. Itu janji Allah. Dan, ingat Allah juga berkata:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." [3:102]

Jadi, walaupun kita tak hidup lagi dalam masa 58 tahun lagi (itu yang dikira oleh penulis artikel itu), atau beberapa tahun lagi pun, anak cucu kita ada lagi masa tu. Mahukah kita anak cucu kita hidup dalam keadaan Islam yang macam kita tengok sekarang? Jadi orang yang tertindas? Tidak Islam (sejahtera). Kita lihat Islam kita sekarang. Masih tidak nampakkah perpecahan? Depan mata saja. Hari
-hari bergaduh, berbahas, berbalah. Kalau tak percaya lihatlah Perbentangan Parlimen, dalam paper (minta maaf la kalau ada orang-orang yang terlibat di sini - ini sekadar untuk difikirkan). Hari-hari ada orang kata orang tu tak betul, orang ni tak betul. Betul sangat ke fahaman Islam yang kita hujahkan tu? Orang lain lihat pasti akan ketawakan kita. Cuba lihat balik diri kita.

Lihat balik hukum yang kita pakai... adakah membawa kepada kesejahteraan, keadilan (biarpun ada badan-badan keadilan)? Adakah ini lebih baik dari hukum yang Allah turunkan? Dengan hukum atau cara hidup atau lebih tepat lagi saya katakan sistem yang kita gunapakai sekarang ini, nampaknya tidak membawa kepada kedamaian. masalah sosial masih lagi berlaku, malah lebih hebat lagi dari zaman Jahiliyah
dulu. kalau dulu arak, judi kebanyakannya org bangsawan yang ambil, sekarang? Budak-budak sekolah pun boleh beli di 7-11. kondom, di mana-mana pun boleh dapat. mudah kan? Kalau dulu judi, tilik nasib mungkin tak setanding yang ada kat Genting tu. Yang terbesar dan terhebat di Asia Tenggara. Arak - tu, yang ada kat tepi highway Batu Tiga tu. Hebat bukan? Itukah istilah Islam yang kita agung-agungkan? Itukah Islam yang haq?

Masalah-masalah sosial yang ada sekarang ni. dengan hukum yang kita pakai sekarang, kalau orang berzina hukumnya bayar dengan duit. Dan sudah pastinya itu bisa diatur. Bayar duit je. Boleh buat lagi. Kalau mencuri, masuk jail, keluar boleh buat lagi. Sejahterakah itu? Kit
a pun rasa tak selamat nak duduk dalam negara yang so-called Islam ni.

Sesungguhnya Allah maha mengetahui. sebab itu diturunkan cara hidup atau hukum yang menjaminkan kesejahteraan dalam Al Quran. Sebab Dia dah tahu kelemahan manusia ini. Kalau hukumNya dilaksanakan secara total (100%) pasti akan sejahtera. Tapi entah mengapa nikmat Tuhan itu yang didustakan. Kita lebih nampak nikmat yang kita dapat sekeliling kita saja. Tapi kita tak nampak nikmat tebesar yang Allah beri yakni Al Quran. Cuba baca dan lihat dalam surah ke 55 yaitu Ar Ra
hmaan. Allah ceritakan segala macam nikmat yang diberi kepada kita. Tapi selepas setiap nikmat tu apa yang Allah kata?

"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" [55:13]

Pastinya nikmat yang satu itu (al Quran). Kebanyakan org Islam kita sekarang mengambil sebahagian ayat-ayat Allah itu untuk apa? Untuk ubat, murah rezeki, hidup senang. ada jugak yang digunakan untuk halau hantu? Adakah itu yang Allah perintahkan melalui Al Quran. Kebanyakan org nampak al Quran itu adalah cerita-cerita, kisah-kisah nabi, Rasul-Rasul. Lantas orang-orang itu berkata Al Quran ni turun untuk zaman-zaman tu je, tak kena dengan kita. Kita ni berada dalam zaman moden, Al Quran tak apply. Jadi setakat itu je lah kegunaan Al Quran. Cerita-cerita, doa-doa nak murah rezeki, doa-doa nak tenang. Tetapi adakah kita berfikir dan mengambil pengajaran dan pelajaran daripada kisah2 yang diceritakan?

"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." [12:111]

Allah tak turunkan suka-suka pada Muhammad dan pada kita semua. Bukan sekadar cerita-cerita. Al Quran dan Islam bukan magic2. Bukan sihir yang nyata, baca je jadi kaya, baca je murah rezeki. Kalau tak usaha untuk dimurahkan rezeki, bagaimana Allah nak nilai ketaqwaan kita. Kalau nak sejahtera, mengapa tidak diusahakan mensejahterakan bumi Allah dengan hukumnya? Mengapa kita masih lagi bergantung kepada suatu sistem/cara hidup ciptaan manusia yang pastinya tidak mengukuhkan kedudukan kita sebagai orang Islam?

"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." [47:7]

Nampaknya kebanyakan kita mengambil hanya sebahagian dari Al Quran sebagai cara hidup kita. Padahalnya Allah perintahkan untuk mengambilnya secara total (100%). Jadi hukum yang kita pakai juga bukan 100% hukum yang sejahtera. Kita ada hukum lain yang dilaksanakan. Hukum dari Allah hanya applicable di mahkamah syariah sahaja (itupun hanya membicarakan masalah2 kawin-cerai, sumbang mahram, harta pusaka). Malah hukum sivil yang diciptakan manusia itu lebih tinggi kuasanya dari hukum syariah. Bukankah itu juga dipanggil mensyirikkan Allah melalui hukumNya?

Jadinya, bagaimana kita nak mati dalam keadaan Islam yang sebenar? Kiamat makin hampir. Adakah kita benar2 bersedia dengan ibadah yang kita laksanakan berlandaskan perintah Allah dalam Al Quran? Adakah ibadah kita 100% berdasarkan syariat yang diturunkan? Apakah usaha kita dalam menegakkan agama yang benar ini? Allah berfirman:

"Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai." [9:33]

Allah berjanji agama yang haq itu yang akan dimenangkan di atas segala agama yang ada di dunia ini. Tapi adakah kita sendiri perlu menunggu ia menjadi nyata? Janji Allah pasti benar, tetapi kita sendiri perlu berusaha untuk menangkan ia. Sekarang zaman bertindak, bukan zaman menunggu. Itu juga yang dilaksanakan oleh Rasul2 Allah bila menerima wahyu dari Allah yang mana masa itu keadaan tempat tinggalnya adalah huru-hara dengan berbagai masalah sosial dan sebagainya. Dengan keadaan kita sekarang yang lebih teruk dari zaman Muhammad dulu, adakah kita perlu menunggu? Mengapa kita tidak kembali kepada suatu yang lebik baik, lebik haq? Al Quran itu applicable dulu, kini dan selamanya.

Maka, berfikirlah kita, gunakanlah akal... kerana itu adalah lebih baik bagi kita.

"Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya."[10:100]

July 15, 2008

Lebih Pada Kepentingan Sendiri...


Di manakah kedudukan sebenar ayat-ayat suci Al Quran? Adakah ayat-ayatnya kita ambil hanya sekadar dibaca sebagai ubat ketenangan jiwa? Atau dibaca untuk dihembuskan di dalam air sebagai penawar sesuatu penyakit? Atau untuk menghalau hantu? Adakah itu yang Allah mahu apabila Dia menurunkan Al Quran? Adakah sebegitu mudah dan murah kita mengambil Al Quran ini?

"Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Quran) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama ingkar kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa." [Al Baqarah, 2:41]

Aku terfikir, bila orang lain bakar, buang atau buat sesuatu yang kurang enak dilihat ke atas Al Quran kita, kita marah. Kita bising. Kita ban orang itu. Tapi adakah kita benar-benar mensucikan Kitab Allah itu? Cuba kita umpamakan kita ini adalah kerengga yang mengerumuni buah rambutan di hujung dahan. Kerengga-kerengga itu marah bila ada orang nak memetik buah yang dijaganya itu. Lantas digigitnya tangan-tangan yang mengganggu itu. Tetapi adakah pernah kerengga-kerengga itu merasai nikmat kemanisan buah rambutan itu? Kita menjaga sebaiknya Kitab kita, tetapi adakah kita benar-benar merasai nikmat terbesar Al Quran itu?

Kita tahu Al Quran ini isinya adalah wahyu yang merangkumi kepelbagaian. Segala permasalahan, perselisihan perlu dirujuk melaluinya. Semua perkara.

"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." [Yusuf, 12:111]

Segala sesuatu. Segala urusan perlu didasari dengan Al Quran. Bukan sekadar nak jadi kaya, nak murah rezeki, nak anak cantik dan pandai. Tetapi, cara hidup, sistem-sistem perundangan, ekonomi, pendidikan, pemerintahan dan sebagainya juga perlu dari Al Quran. Sesungguhnya manusia suka mengambil mudah. Al Quran dan Islam itu bukan magic-magic, bukan sihir yang nyata. Al Quran diturunkan dengan segala macam cerita, untuk difikirkan dan diambil pengajaran dan pelajaran, then ambil sikap. Bukan sekadar dibaca-baca, dilagu-lagukan.

"Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan." [Yaasiin, 36:69]

Kalau Al Quran dibacakan tetapi tidak faham apa perintah-perintah Allah itu, apalah gunanya? Umpama kita mengikut atau menghafal lagu-lagu Latin, tetapi sepatah pun kita tak faham. Entah arahan yang keras ke, entah sindiran ke, entah apa-apa lah.

Apalah nasib anak cucu kita nanti kalau mereka lahir dalam zaman yang tidak Islam (sejahtera) kalau kita tidak mensejahterakan bumi Allah ini dengan Al Quran. Kalau bukan sekarang kita laksanakan, bila lagi? Nak tunggu orang lain buat? Siapa? Di mana? Sekarang zaman bertindak, bukan zaman menunggu lagi. Kalau rasa tertindas, bangkit lah. Jangan tunggu sampai parah baru nak beringat. Janganlah berangan-angan dengan Al Quran dengan mengambil sebahagian ayat-ayatnya untuk kepentingan diri sendiri.

"(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah." [An Nisaa', 4:123]

Kita nilai semula, adakah ibadah yang kita laksanakan menurut fahaman kita dan orang kebanyakan telah mensejahterakan bumi Allah ini. Ibadah yang kita laksanakan sepatutnya bukan untuk kepentingan kita sahaja, tetapi semua umat manusia, tak kira bangsa. Allah juga telah menyuruh kita melaksanakan tanggungjawab kita secara jemaah, dalam satu barisan yang tersusun kukuh. Bukan sorang-sorang.

"Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kukuh." [Ash Shaff, 61:4]

Yeah, yang kita nampak di situ berperang. Kita sedang berperangkah? Perang yang bagaimana? Berperang dalam menegakkan agama Islam, cara hidup Islam, yang sejahtera. Jadi, perlu dilaksanakan secara beramai-ramai. Bukan ambil ayat untuk dapatkan kebaikan untuk diri sendiri.

Jadi, bila bicara nak ubah cara hidup, pendapat saya inilah cara hidup yang sempurna, yang adil, bukan untuk kita sahaja, malah untuk seluruh umat manusia yang ada di atas muka bumi milik Allah ini. Kalau kita rasa cara hidup sekarang dengan sistem yang digunapakai sekarang ini tidak memberi kesejahteraan dan keadilan pada kita, mengapa tidak kembali kepada cara hidup yang lebih haq dari Allah?