September 11, 2008

I'm Being Transformed

wish to the wind by pixability.

Aku telah mengalami transformasi

transformasi dari segi jiwa
fikiranku
ilmuku
amalku

Transformasi dari dahulunya
seorang yang tidak punya apa
seorang yang masanya adalah ruang kosong
seorang yang pengisiannya kosong
yang kosong
yang kosong

Transformasi dari dahulunya
ada jiwa namun mati
juga fikiran membatas
berilmu namun kosong
juga amal sekadar-kadar

Yang sekarang ini
segalanya berubah
ruang masaku terisi
jiwaku disuntik kalimah-kalimah thoyib
fikiranku lebih jauh dan menjangkau
ilmuku berasaskan yang kudengar, yang kulihat, yang kurasai
amalku dengan ilmu, mengikut suri tauladan

Transformasi itu hijrah
Transformasi itu pembentukan
Transformasi itu pembinaan

Pohon Dan Baja Pohon I

Setujukah anda bila dikatakan Islam itu tertegak dengan strategi, bukan dengan cakap-cakap kosong sahaja? Cuba kita fikirkan, bagaimana agaknya kita hendak menegakkan agama Allah yang haq itu? Dengan cara apakah sebenarnya?

Cuba pula perhatikan bagaimana Rasul-Rasul Allah beserta orang-orang terdahulu menegakkan agama wahyu itu. Perhatikan di sini maksudnya mungkin dari pembacaan sejarah, pengkajian dan sebagainya. Pelbagai cara, pelbagai strategi yang mereka lakukan. Dan pastinya dalam perjalanan mereka untuk menegakkan Islam itu pasti ada ujian-ujiannya. Tetapi atas dasar keimanan mereka serta mengharapkan keredhaan Allah, mereka menempuh segala ujian tersebut dengan kebenaran dan kesabaran.

Firman Allah, "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" [Al 'Ankabuut:2]

Orang-orang yang beriman pasti akan diuji. Itu janji Allah. Dengan ujian, samada dapat ditempuhi atau tidak, itulah kayu pengukur kita untuk menilai iman seseorang. Kata orang, "tepuk dada, tanya iman." Iman tak dapat dinilai selagi belum diuji.

Kembali kita pada persoalan tadi, bagaimanakah cara yang sebenar untuk kita sama-sama tegakkan Islam? Dari surah Ibrahim, ayat 24-25, menceritakan Allah membuat perumpamaan kalimah yang baik seperti pohon yang baik.

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." [Ibrahim:24-25]

Apakah kalimah yang baik itu? Sudah pasti kita akan menjawab kalimah-kalimah Allah, yakni ayat-ayat suci Al Quran. Mari kita kupas sedikit, ayat-ayat Al Quran itu kita tahu ia adalah petunjuk, perintah-perintah atau hukum-hukum Allah. Hukum yang baik (yang dari Allah) umpama pohon yang baik? Terfikirkah kita mengapa begitu?

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran." [Shaad:29].

Mari kita fikirkan. Pohon yang baik adalah pohon yang akarnya teguh, kuat, serta cabang-cabang dan dahan-dahannya menjulang ke langit. Jadi, apa signifikasinya dengan kalimah yang baik itu? Kalimah-kalimat Allah itu terkandung segala hukum dan panduan bagi manusia untuk hidup di muka bumi ini. Maka, hukum-hukum itu, panduan-panduan itulah yang patut kita ambil sebagai satu cara hidup yang diredhai Allah. Itulah yang sepatutnya menjadi prinsip kita.

Allah telah mengumpamakan panduan itu sebagai suatu yang amat kuat, amat kukuh. Jika kita mengambil panduan itu sebagai cara hidup kita, bukankah kita mengambil atau mengamalkan sesuatu yang pada dasarnya amat kukuh? Maka tidak akan sejahterakah hidup kita? Allah memberi panduan itu kerna Dia yang menciptakan kita, malah seluruh alam ini dan isinya. Maka Dia maha mengetahui kelemahan dan kelebihan hasil ciptaanNya ini. Panduan itu supaya makhluknya yang satu ini tidak melakukan sewenang-wenangnya. Tidak melampaui batas. Kerna Dia Maha Mengetahui, "Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup." [Al 'Alaq:6-7].

Bila manusia melihat dirinya serba cukup, sudah senang dengan apa yang Allah anugerahkan padanya, manusia itu takkan berubah, malah takkan mahu berubah. Dia merasakan pekerjaannya cukup hebat, gajinya cukup besar sehingga dia lupa pada Ar Rahman-nya. Dia merasakan kesihatannya cukup sempurna hingga lupa pada Al Muhaimin-nya. Dia merasakan segala ibadah yang telah dilakukannya sudah cukup untuk menjamin kehidupan yang sejahtera mahu di dunia atau di akhirat. Sehingga dia terlupa pada As Salaam-nya. Adakah apa yang telah dilakukannya itu sesuatu yang berlandaskan kalimah Allah yang teguh tadi? Adakah dia telah melaksanakan segala dari apa yang diperintahkan Allah dalam kalimah-kalimah itu?

Supaya kita sentiasa ingat dan sentiasa beringat, Dia membuat perumpamaan itu. Perumpamaan itu kita telah saksikan di atas muka bumi. Allah menjadikan itu bukan sia-sia. Itu adalah untuk kita memikirkannya. Pohon yang baik itu memberikan buahnya, pastinya buah yang baik. Jika kita mengamalkan hukum dan panduan yang baik, pastinya memberikan hasil yang baik. Hasilnya apa lagi kalau bukan kesejahteraan dan keredhaan Allah.

Kita lihat pula ayat yang ke 26-27 surah Ibrahim. Firman Allah,

"Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki."

Jika panduan hidup kita adalah berdasarkan sesuatu yang tidak kukuh, yang bukan datangnya dari Allah (mungkin dari tangan-tangan manusia sendiri), pastinya hidup kita tidak aman. Mudah saja kita dipengaruhi oleh perkara-perkara yang mungkar. Mudah sahaja pentauhidan kita pada Allah dipesongkan, secara nyata atau tidak. Dan mudah sahaja kita terlibat dalam kancah perpecahan ummah. Lihat sahaja apa yang berlaku di sekeliling kita pada hari ini.

Jadi berimankah kita pada kalimah-kalimah Allah itu? Percayakah kita? Yakinkah kita? Jika kita mengaku percaya DAN yakin, mengapa kita mengabaikan hukum Allah, lantas mengambil jalan mudah dan lebih senang dengan hukum ciptaan manusia. Jika begitu Allah pandang kita sebagai makhluq yang zalim. Tidak meletakkan sesuatu kepada tempatnya, kepada fitrahnya. Mahukah kita menjadi orang yang zalim? Mahukah?

September 3, 2008

Sang Dicipta

Aku pelajari,
Mengenali diri,
Dan siapa kita,
Yang sebenarnya di bumi Tuhan...

"Ya, siapa kita di bumi Tuhan?"
"Mengapa kita di bumi Tuhan?"
"Mengapa kita diciptakan?"
"Apa tujuan kita di sini?"

Pernahkah kita bertanya pada diri kita (atau pada sesiapa sahaja) soalan-soalan seumpama di atas?

Kita bangga dijadikan makhluk Allah paling istimewa kerna diberikan akal dan fikiran. Itu yang membezakan kita dengan makhluk-makhluk ciptaan yang lain. Malah kita rasa bersyukur atas kurniaan itu. Tapi sejauh manakah rasa syukur itu?

Mungkin ciptaan-ciptaan yang lain juga bersyukur. Bersyukur dengan cara melaksanakan tanggungjawab mereka, menjalankan fitrah mereka. Burung-burung, pokok-pokok, angin, awan, hujan, malah batu di tepi jalan juga. Air terjun yang terjun dari atas bukit ke bawah, menghempas batu-batu di bawah, lantas mengalir menjadi sungai, membawanya ke muara terus ke laut. Terhasilnya ombak dari angin yang bertiup menolak permukaan air laut. Itulah fitrahnya. Fitrahnya itu menurut aturan yang ditentukan. Bagaimana jika air yang pada awalnya itu bukannya terjun ke bawah, tetapi melompat ke atas? Sudah pasti fitrahnya berubah, sudah pasti namanya juga berubah. Ia tak mungkin dipanggil air terjun lagi. Mungkin air lompat atau paling sedap dipanggil air pancuran?

Ya, Allah itu Al-Khaliq dan kitalah yang bersifat dicipta, lantas namanya makhluk. Dan makhluk-makhlukNya diciptakan dengan aturan masing-masing. Segalanya teratur bila aturan itu dilaksanakan dengan betul. Tidakkah kita perhatikan, makhluk-makhluk Allah yang lain mengikut aturannya? Tidak ada yang berpaling dari aturannya. Matahari masih lagi keluar dari timur pada waktu pagi, dan ayam yang kita ternak keluar mencari makan pada waktu pagi (siang) dan pulang ke reban dikala petang. Kita masih belum pernah melihat pohon-pohon yang beralih dari tempat ia berakar mencari tempat teduh dikala panas dan hujan, bukan? Kerna apa? Kerna itulah ketetapannya.

Bagaimana pula dengan kita yang berakal fikiran ini? Perhatikah kita? Fikirkah kita? Ikut aturankah kita? Persoalannya, aturan mana yang perlu kita ikut? Aturan manakah yang lebih membawa kepada keamanan dan kesejahteraan kepada bumi kita?

Jika manusia mencipta peralatan elektrik dan elektronik (contohnya) berserta sekali dengan manualnya, Allah juga menciptakan manusia dan memberinya manual untuk kita menjalani kehidupan dengan teratur dan sempurna yakni Al Quran. Tetapi, kita lihat, apa yang manusia buat dengan manualnya itu? Susun di atas rak-rak dan tinggalkan begitu sahaja? Sekadar bacaan di hari atau bulan-bulan tertentu? Atau laksanakan sebahagian dan ditinggalkan sebahagian yang lain?

Benar-benar berimankah kita pada Kitab Allah itu?

"Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam." [Yunus:37]

Dan,

"Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata." " [Al Qashash:85]

Cuba perhatikan dan fikirkan apa yang telah berlaku kepada kaum-kaum yang telah Allah berikan petunjuk tetapi mereka ingkar kepada kebenaran petunjuk itu? Allah telah mendatangkan satu kemusnahan serta azab yang pedih kepada kaum-kaum itu lantaran keingkarannya. Bagaimana dengan kita yang mengaku umat Muhammad dan mengaku mengimani Kitab Allah? Perhatikan diri kita sendiri, adakah kita sebagai individu telah melaksanakan (bertaqwa dengan sebenar-benar taqwa) ke atas perintah Allah itu? Sudah pasti kita tidak mahu dilaknati Allah sebagaimana yang telah berlaku pada kaum-kaum terdahulu. Kitalah yang perlu menghisab dan menilai diri kita sendiri, bukan orang lain.

"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu." [Al Israa':14]

Sudahkah kita benar-benar melaksanakan perintah Allah? Atau konteks yang lebih besar, apakah sumbangan kita dalam mewujudkan kesejahteraan bumi Allah ini? Kata orang, usaha + doa + tawakkal = kejayaan. Ya, kita berdoa, hari-hari kita berdoa. Tawakkal kepada Allah juga. Tapi usaha? Apa usaha kita? Pernahkah kita terfikir, bagaimana caranya hendak mensejahterakan bumi kita? Kecilkan skop, tanah air kita? Skop kecil lagi, masyarakat sekeliling kita? Atau lagi kecil, diri kita?

Segalanya bermula dengan diri kita sendiri. Jadi kita perlu ambil sikap dengan apa yang kita perhatikan di sekeliling kita. Kita harus sedar mengapa kita diciptakan. Mengapa Al Quran itu diturunkan kepada kita? Pasti ada signifikasinya. Sudah tentu Allah mahu kita ikut aturanNya. Bukan aturan Amerika, bukan juga aturan British. Dan bukan juga aturan yang dicipta sendiri.

"Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui." [Al Jaatsiyah:18]

Itulah yang Allah minta dari kita. Itulah tanggungjawab kita. Ikut aturanNya. Bukan susah kalau dilaksanakan secara berjemaah. Al Quran itu perlu kita ambil sebagai satu haq dan laksanakannya sebagai satu tanggungjawab. Itu haq kita, kalau ada orang lain halang kita laksanakan Al Quran, kita perlu perbuat sesuatu supaya kita tidak dipengaruhi oleh orang-orang yang mengahalang. Lagi sekali, Al Quran itu haq kita. Tanggungjawab kita. Amanat kita. Kalau kita tak laksanakan, berarti kita tak amanah. Kita zalim, kerna tidak meletakkan Al Quran itu pada tempat yang betul. Kerna kita tidak ambil aturan itu, dan mengambil aturan yang lain selain itu.

Ingatlah kata Allah,

"Barangsiapa berpaling dari pada Al Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat, mereka kekal di dalam keadaan itu. Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat." [Thaahaa:100-101]

Segala dosa-dosa yang kita ketahui selama ini adalah berpunca dari jika tidak memahami dan melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dalam Al Quran. Tidak pernah terfikirkah kita? Segala masalah sosial, bencana alam, persengketaan, ketidakfahaman, perbalahan, samada kecil atau besar adalah kerana kita tak ikut aturan yang telah ditetapkan. Didikan kita dari kecil tidak diterapkan dengan kepentingan amanat itu. Didikan kita adalah berdasarkan didikan ala 'Orang Putih'. Tapi mungkin itu yang kita banggakan sampai kita berjaya ke peringkat PhD (mungkin!) atau yang lebih tinggi.

Bagaimana kita nak didik dan pimpin anak-anak kita sedangkan kita sendiripun, sebagai pemimpin tidak 100% memahami Al Quran? idak terpimpin ke arah yang haq? Apa akan jadi kepada generasi kita akan datang kalau begitu sekarang ini?

Jadi kenalkah siapa diri kita sekarang? Apa tujuan kita di bumi Tuhan. Apa amanat kita? Fikir-fikirkan.