September 3, 2008

Sang Dicipta

Aku pelajari,
Mengenali diri,
Dan siapa kita,
Yang sebenarnya di bumi Tuhan...

"Ya, siapa kita di bumi Tuhan?"
"Mengapa kita di bumi Tuhan?"
"Mengapa kita diciptakan?"
"Apa tujuan kita di sini?"

Pernahkah kita bertanya pada diri kita (atau pada sesiapa sahaja) soalan-soalan seumpama di atas?

Kita bangga dijadikan makhluk Allah paling istimewa kerna diberikan akal dan fikiran. Itu yang membezakan kita dengan makhluk-makhluk ciptaan yang lain. Malah kita rasa bersyukur atas kurniaan itu. Tapi sejauh manakah rasa syukur itu?

Mungkin ciptaan-ciptaan yang lain juga bersyukur. Bersyukur dengan cara melaksanakan tanggungjawab mereka, menjalankan fitrah mereka. Burung-burung, pokok-pokok, angin, awan, hujan, malah batu di tepi jalan juga. Air terjun yang terjun dari atas bukit ke bawah, menghempas batu-batu di bawah, lantas mengalir menjadi sungai, membawanya ke muara terus ke laut. Terhasilnya ombak dari angin yang bertiup menolak permukaan air laut. Itulah fitrahnya. Fitrahnya itu menurut aturan yang ditentukan. Bagaimana jika air yang pada awalnya itu bukannya terjun ke bawah, tetapi melompat ke atas? Sudah pasti fitrahnya berubah, sudah pasti namanya juga berubah. Ia tak mungkin dipanggil air terjun lagi. Mungkin air lompat atau paling sedap dipanggil air pancuran?

Ya, Allah itu Al-Khaliq dan kitalah yang bersifat dicipta, lantas namanya makhluk. Dan makhluk-makhlukNya diciptakan dengan aturan masing-masing. Segalanya teratur bila aturan itu dilaksanakan dengan betul. Tidakkah kita perhatikan, makhluk-makhluk Allah yang lain mengikut aturannya? Tidak ada yang berpaling dari aturannya. Matahari masih lagi keluar dari timur pada waktu pagi, dan ayam yang kita ternak keluar mencari makan pada waktu pagi (siang) dan pulang ke reban dikala petang. Kita masih belum pernah melihat pohon-pohon yang beralih dari tempat ia berakar mencari tempat teduh dikala panas dan hujan, bukan? Kerna apa? Kerna itulah ketetapannya.

Bagaimana pula dengan kita yang berakal fikiran ini? Perhatikah kita? Fikirkah kita? Ikut aturankah kita? Persoalannya, aturan mana yang perlu kita ikut? Aturan manakah yang lebih membawa kepada keamanan dan kesejahteraan kepada bumi kita?

Jika manusia mencipta peralatan elektrik dan elektronik (contohnya) berserta sekali dengan manualnya, Allah juga menciptakan manusia dan memberinya manual untuk kita menjalani kehidupan dengan teratur dan sempurna yakni Al Quran. Tetapi, kita lihat, apa yang manusia buat dengan manualnya itu? Susun di atas rak-rak dan tinggalkan begitu sahaja? Sekadar bacaan di hari atau bulan-bulan tertentu? Atau laksanakan sebahagian dan ditinggalkan sebahagian yang lain?

Benar-benar berimankah kita pada Kitab Allah itu?

"Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam." [Yunus:37]

Dan,

"Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata." " [Al Qashash:85]

Cuba perhatikan dan fikirkan apa yang telah berlaku kepada kaum-kaum yang telah Allah berikan petunjuk tetapi mereka ingkar kepada kebenaran petunjuk itu? Allah telah mendatangkan satu kemusnahan serta azab yang pedih kepada kaum-kaum itu lantaran keingkarannya. Bagaimana dengan kita yang mengaku umat Muhammad dan mengaku mengimani Kitab Allah? Perhatikan diri kita sendiri, adakah kita sebagai individu telah melaksanakan (bertaqwa dengan sebenar-benar taqwa) ke atas perintah Allah itu? Sudah pasti kita tidak mahu dilaknati Allah sebagaimana yang telah berlaku pada kaum-kaum terdahulu. Kitalah yang perlu menghisab dan menilai diri kita sendiri, bukan orang lain.

"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu." [Al Israa':14]

Sudahkah kita benar-benar melaksanakan perintah Allah? Atau konteks yang lebih besar, apakah sumbangan kita dalam mewujudkan kesejahteraan bumi Allah ini? Kata orang, usaha + doa + tawakkal = kejayaan. Ya, kita berdoa, hari-hari kita berdoa. Tawakkal kepada Allah juga. Tapi usaha? Apa usaha kita? Pernahkah kita terfikir, bagaimana caranya hendak mensejahterakan bumi kita? Kecilkan skop, tanah air kita? Skop kecil lagi, masyarakat sekeliling kita? Atau lagi kecil, diri kita?

Segalanya bermula dengan diri kita sendiri. Jadi kita perlu ambil sikap dengan apa yang kita perhatikan di sekeliling kita. Kita harus sedar mengapa kita diciptakan. Mengapa Al Quran itu diturunkan kepada kita? Pasti ada signifikasinya. Sudah tentu Allah mahu kita ikut aturanNya. Bukan aturan Amerika, bukan juga aturan British. Dan bukan juga aturan yang dicipta sendiri.

"Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui." [Al Jaatsiyah:18]

Itulah yang Allah minta dari kita. Itulah tanggungjawab kita. Ikut aturanNya. Bukan susah kalau dilaksanakan secara berjemaah. Al Quran itu perlu kita ambil sebagai satu haq dan laksanakannya sebagai satu tanggungjawab. Itu haq kita, kalau ada orang lain halang kita laksanakan Al Quran, kita perlu perbuat sesuatu supaya kita tidak dipengaruhi oleh orang-orang yang mengahalang. Lagi sekali, Al Quran itu haq kita. Tanggungjawab kita. Amanat kita. Kalau kita tak laksanakan, berarti kita tak amanah. Kita zalim, kerna tidak meletakkan Al Quran itu pada tempat yang betul. Kerna kita tidak ambil aturan itu, dan mengambil aturan yang lain selain itu.

Ingatlah kata Allah,

"Barangsiapa berpaling dari pada Al Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat, mereka kekal di dalam keadaan itu. Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat." [Thaahaa:100-101]

Segala dosa-dosa yang kita ketahui selama ini adalah berpunca dari jika tidak memahami dan melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dalam Al Quran. Tidak pernah terfikirkah kita? Segala masalah sosial, bencana alam, persengketaan, ketidakfahaman, perbalahan, samada kecil atau besar adalah kerana kita tak ikut aturan yang telah ditetapkan. Didikan kita dari kecil tidak diterapkan dengan kepentingan amanat itu. Didikan kita adalah berdasarkan didikan ala 'Orang Putih'. Tapi mungkin itu yang kita banggakan sampai kita berjaya ke peringkat PhD (mungkin!) atau yang lebih tinggi.

Bagaimana kita nak didik dan pimpin anak-anak kita sedangkan kita sendiripun, sebagai pemimpin tidak 100% memahami Al Quran? idak terpimpin ke arah yang haq? Apa akan jadi kepada generasi kita akan datang kalau begitu sekarang ini?

Jadi kenalkah siapa diri kita sekarang? Apa tujuan kita di bumi Tuhan. Apa amanat kita? Fikir-fikirkan.

1 comment:

nazirul mubin said...

kita khalifah....teruskan shbt ku